Breaking News
Loading...
Jumat, 24 Januari 2014

Ribuan Warga Cipayung Restui Waduk Dibangun

Infodesaku | Bogor - Derasnya penolakan pembangunan terowongan air (sodetan) yang menghubungkan Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane, tak menyurutkan rencana tersebut. Bahkan, ribuan warga Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor merestui pembangunan waduk.

 
Bupati Bogor Rachmat Yasin, saat siaran langsung televisi nasional di Bendung Katulampa, Kamis (23/1/2014) pukul 01.40 Wib, kembali menegaskan bahwa ide dasar pembangunan dua buah waduk disampaikan oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan yang selama beberapa tahun terakhir ini merasa sangat gundah atas persoalan banjir di Jakarta yang tak kunjung teratasi.

Tentunya hal ini, lanjut Rachmat Yasin, berangkat dari kesadaran masyarakat Jawa Barat khususnya Bogor sebagai warga negara yang baik dengan memberikan kontribusi dalam upaya mengatasi permasalahan banjir di Ibukota Negara Republik Indonesia.

Dirinya juga mengutip pernyataan Gubernur Jawa Barat, "Sudahi membahas persoalan banjir disaat banjir melanda". Kesepakatan yang telah dicapai, tambah Bupati, oleh Dirjen Dirjen Sumber Daya Air Kementrian PU, Gubernur DKI Jakarta dan Gubernur Jawa Barat, serta dihadiri Asisten Gubernur Banten, Bupati Bogor, Walikota Belasi dan Tanggerang di Bendung Katulampa Bogor pada Senin (20/1) lalu merupakan pembahasan terakhir, selanjutnya adalah mewujudkan kesepakatan itu agar masyarakat yang dilanda musibah banjir tidak menderita terlalu lama.

Bupati Bogor menjelaskan 4 (empat) kesepakatan yang telah dicapai meliputi, yang pertama adalah membangun Waduk Cipayung seluas 107,3 hektar dan Waduk Cimahi seluas 24,8 hektar yang nantinya mampu menampung lebih dari 60 juta meter kubik air. Kesepakatan kedua yaitu, mengendalikan aliran sungai Ciliwung dengan mengurangi atau memperlambat air yang menuju ke Jakarta dengan melakukan normalisasi sungai dan 13 sungai lainnya serta 57 setu yang dialiri dari Sungai Ciliwung. Yang ketiga, melakukan pemulihan lingkungan di daerah resapan air termasuk nataan bantaran sungai termasuk garis sepadan sungai. Dan, yang Keempat berupa pembangunan terowongan air yang menghubungkan aliran Sungai Ciliwung dengan Sungai Cisadane.

Tak hanya itu, penertiban vila-vila liar di kawasan di kawasan puncak Bupati Bogor, H. Rachmat Yasin mengatakan akan terus melanjutkan penertiban villa-villa tersebut karena selain tidak memiliki Ijin mendirikan Bangunan (IMB) dan vila yang di bangun itu di atas tanah negara. "Saya juga perlu meyampaikan, tadi siang Saya dihadapan dua ribu warga Megamendung, Puncak Bogor sudah meminta restu untuk berkontribusi mengatasi banjir di Ibukota NKRI. Alhamdulillah, ribuan warga saya sangat merestuinya. Ini kan bukti bahwa masyarakat Bogor sangat peduli terhadap persoalan banjir tahunan ini," katanya. 

Dalam dialog live dibawah gerimis tipis dinihari itu, Pengamat Tata Kota Yayat Supriyatna yang juga hadir menambahkan bahwa rencana pembangunan terowongan air, atau disebut publik sebagai sodetan, bukan berarti memindahkan permasalahan banjir Jakarta ke Tangerang. "Rencana itu untuk mengendalikan debit air yang berlebih yang dapat menggenangi Jakarta dan Tangerang, sebab terowongan itu nantinya juga dilengkapi dengan sistem pengaturan air masuk terowongan, semacam pintu air," tambahnya. 

Sebelumnya, dihari yang sama dikabarkan langsung dari lokasi Bendung Katulampa bahwa peralatan pemantauan air yang berada di Bendung Katulampa masih mengandalkan sistem manual. "Kita memperoleh informasi dari kawasan Puncak Bogor masih menggunakan HT. Begitu pula disaat mengirim pesan ke Dinas PU DKI dan Pintu Air Manggarai memanfaatkan radio panggil maupun SMS atau telepon," ungkap Andi Sudirman. (als)

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2014 Desa Krocok All Right Reserved