Breaking News
Loading...
Rabu, 09 Oktober 2013

Raja Kecil Biang Keladi Rusaknya Tatanan

INFODESAKU.COM-BOGOR-Suatu pagi di akhir pekan, saya beserta keluarga sengaja menelusuri sisi timur Bogor. Berangkat dari Jalan Raya Bogor menyisir jalur sentul city, Babakan Madang, perbukitan Sukamakmur  hingga simpang Jonggol lalu menembus kemacetan lalu lintas di Jalan Citeureup dan kembali di Jalan Raya Bogor.
Perjalanan ini menjadi agenda berwisata murah meriah yang rutin dilakukan setiap akhir pekan bersama keluarga, sebab selain menikmati indahnya panorama alam dan hamparan persawahan juga bisa melihat sepintas arogannya bangunan megah di cluster mewah, angkuhnya bangunan pabrik dan gudang, serta congkaknya para penggalian liar (bangli) selama dalam perjalanan.
Beberapa hikmah yang dapat dipetik dari perjalanan ini tak kalah berharganya bahwasannya
pembangunan di wilayah kabupaten Bogor ternyata memang belum merata dan kesenjangan sosial terlihat sangat tajam di lingkaran timur Bogor ini.
Hikmah lain yang dapat dipetik untuk memperkuat wawasan keimanan kita, yakni saat melintasi Sentul City, sejenak menepikan kendaraan lalu memandang kantor milik Kepala Desa Sukaharja yang berada di seberang Plaza Niaga 1 Blok D Nomor 18 Sentul City, saat itu pula teringat akan maraknya pemberitaan pemalsuan tanah seluas 3,5 hektar di desa Sukaharja Kecamatan Sukamakmur.
Perjalanan dilanjutkan menuju Sukamakmur melalui Jalan Babakan Madang yang tak semulus Jalan Sentul City dan berdebu serta ramai kendaraan proyek, sementara disisi kanan dan kiri jalan banyak berdiri pagar bangunan maupun gudang yang tinggi, dan terpampang sejumlah papan nama yang bertuliskan lahan - lahan itu sudah dikuasai oleh sejumlah pengusaha . Ironisnya, permukiman penduduk nampak bergeser agak menjurang ke sisi dalam yang hanya bisa diakses melalui jalan aspal rusak dengan ruas sekitar 3 meter saja.
Mirisnya lagi saat melintasi perbukitan Jalan Sukamakmur yang memiliki panorama alam sangat kontras, betapa tidak, sebab bila kita memandang kea rah timur masih terlihat asri hamparan sawah dan menjulangnya bukit – bukit. Namun, saat mata kita jauh memandang kearah utara terlihat jelas pemandangan bukit yang digundulioleh sebuah perusahaan besar dan terkenal dengan produk semennya. Kerusakan lingkungan itu sudah meluas, ya sejauh mata memandang, dan entah kapan semua itu mulai terjadi.
Tak tega melihat kontrasnya dua sisi bukit itu, perjalanan kembali dilanjutkan menuju kawasan Jonggol melalui jalan pedesaan yang berliku dan berlubang dengan sisi kanan dan kiri jalan berdiri rumah –rumah sederhana penduduk setempat. Tanpa disengaja mata tertuju pada sebuah mobil mewah berwarna putih yang dilapisi stiker warna kuning memuat gambar wanita cantik berjilbab sebagai Caleg nomor urut 6 Dapil II. Mobil yang dikemudikan seorang pemuda itu pun kian menjauh dan menjauh kea rah desa Sukarahja, Sukamakmur. 
Cuaca cukup cerah saat itu, dalam perjalanan melintas disisi sungai Citarum kita bisa melihat masih marak aktifitas penambangan batu di sepanjang aliran sungai itu, sementara sejumlah truk diesel pengangkut batu kali nampak siap melakukan distribusi hasil alam disana. Tak sampai disitu, hingga memasuki Jonggol juga ditemukan sejumlah pangkalan pasir yang bahan bakunya berasal dari hasil aktifitas penambangan di sekitar kawasan itu.
Kendaraan kemudian dipacu menuju di desa Cibodas dan desa Singasari Bogor sekedar memandangi hamparan lahan ratusan hektar yang dikenal telah dikuasai oleh empat nama besar tokoh local dan tokoh nasional, yang diduga ada kaitannya dengan penggelapan aset sitaan kasus BLBI. Lokasinya bersebelahan dengan lahan milik Institut Pertanian Bogor dan kawasan pengembangan Kota Santri Pondok Pesantren Madinatunnajah, yang di wakafkan oleh Haji Rudi Wahab, Fitria Anwar, Prasetya Putra Wahab. Ingin rasanya menelusuri lebih jauh kawasan itu, namun sinar matahari siang itu sangat menyengat dan tubuh terasa peluh dan letih.
Pengalaman itu menjadi wawasan baru terhadap kontrasnya wilayah timur Bogor yang telah berhasil dikangkangi oleh raja – raja kecil sebagai penguasa yang mementingkan pengusaha, terkesan telah terjadi pembiaran tanpa pengawasan yang berarti. Tak dapat dipungkiri bahwasannya, di kawasan ini telah terjadi  kerusakan tatanan alam serta mempengaruhi kehidupan perekonomian masyarakatnya. Untuk sementara hasil perjalanan ini hanya dapat menyimpulkan bahwa wilayah timur Bogor sudah tidak perawan lagi. (als)

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2014 Desa Krocok All Right Reserved