Breaking News
Loading...
Kamis, 17 April 2014

IPB Bersama Pemda Pekalongan Dampingi Petani Padi dan Hortikultur

Infodesaku | Pekalongan - "Pangan adalah soal hidu atau mati bangsa Indonesia". Peringatan ini disampaikan Presiden pertama Republik Indonesia, Ir.Soekarno didalam pidatonya saat peletakan pertama pembangunan Institut Pertanian Bogor (saat itu masih Fakultas Pertanian UI) pada 27 April 1952, di Bogor. Ketika itu Soekarno telah menyadari pentingnya pangan dan pertanian terhadap kelangsungan hidup bangsa Indonesia.


Semangat ini pula yang melandasi Institut Pertanian Bogor melalui segenap perangkat yang dimilikinya untuk terus memberikan sumbangsihnya bagi kemajuan pertanian Indonesia.
Adalah Direktorat Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian (DKSKP-IPB) dan Departemen Hama dan Proteksi Tanaman (HPT-IPB) bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Pekalongan memberikan penyuluhan dan pendampingan terhadap petani padi dan hortikultura di Pekalongan pada Senin-Selasa (15-16 April 2014).
Kegiatan pendampingan ini dilaksanakan di 2 kecamatan, yakni Kecamatan Kesesi dan Kecamatan Sragi dengan menggelar Klinik Tanaman Keliling terpadu, serta diseminasi teknologi yang bertujuan untuk meningkatkan akses petani terhadap informasi dan teknologi pertanian.
Selama 2 hari tersebut, petani datang ke lokasi penyuluhan dengan serta membawa tanaman pertanian mereka yang mengalami masalah, baik terkena hama ataupun penyakit dan akan langsung mendapat pemecahan solusinya dari peneliti IPB yang hadir di lapangan.

“Direktorat Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian (DKSKP) IPB sesuai mandatnya adalah untuk merespon isu-isu strategis yang terkait dengan pertanian, salah satunya tentang kedaulatan pangan”, kata Dodik Ridho Nurrochmat, Direktur DKSKP-IPB.
Menurut Dodik, di dalam kajian strategis itu perlu adanya program aksi, sehingga ketika ada isu strategis, IPB akan memiliki solusi di lapangan. Selain itu ia menambahkan, bahwa faktor terpenting dalam kedaulatan pangan adalah memastikan produksi pangan yang cukup dan memadai. Hal itu bisa terjadi jika ada benih yang cukup, tanaman pun sehat.  Menurutnya, saat ini petani menghadapi masalah kekurangpahaman dalam teknis on-farm, terutama dalam penanganan hama dan penyakit. Penggunaan obat-obatan dan pupuk yang tidak sesuai atau juga berlebihan, malah membuat hama lebih kebal, penyakit semakin banyak, dan organisme yang menguntungkan justru malah ikut mati.
Selain aspek teknis, diperlukan juga adanya akses pasar dan kelembagaan pertanian yang sehat. Perlu adanya perhatian dan usaha bersama untuk mewujudkan revitalisasi kelembagaan pertanian, memunculkan kelompok-kelompok pertanian yang kuat.
Sementara itu, Kepala Desa Kwasen, Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan, Sarwo Gangsar menyambut baik kedatangan tim dari IPB ini. “Potensi pertanian Desa Kwasen ini luar biasa, tinggal bagaimana kita mengembangkannya secara optimal”, katanya.
Dodik (Direktur KSKP-IPB) berbincang dengan Sarwo (Kades Kwasen)
Sarwo menambahkan, bahwa mata pencaharian pokok warga Desa Kwasen adalah petani penggarap padi. Ia pun berharap semoga dengan adanya kunjungan IPB akan menjadi keberkahan bagi masyarakatnya yang selama ini mendambakan kemakmuran.
Kepala Bappeda Kabupaten Pekalongan, Bambang Irianto mengutarakan jika permasalahan yang dihadapi petani pekalongan yakni terkait hama dan penyakit. Selain itu masalah pasca panen, yakni fluktuasi harga pasar yang tidak bisa dikendalikan oleh petani. Ketika panen raya harganya turun, dan ketika harga tinggi barangnya tidak ada.
“Kerjasama dengan IPB ini sudah memasuki tahun ke-4. Semoga kerjasama ini dapat terus ditingkatkan dan terus memberikan manfaat, khususnya bagi petani. Bahwa IPB sebagai salah satu institusi yang ahlinya di bidang pertanian bisa secara bersama-sama bersinergi dengan Pemerintah Kabupaten Pekalongan untuk meningkatkan pertanian itu sendiri, serta sekaligus memberikan solusi hal-hal yang selama ini menjadi hambatan di bidang pertanian”, pungkas Bambang.

Petani harus tetap memiliki kebanggaan
Profesi petani adalah profesi yang mulia. Karena dengan adanya petani dan hasil pertanian yang diproduksinya, sektor kehidupan yang lain dapat terus berjalan. Olehkarenanya, marwah atau kebanggaan sebagai seorang petani harus selalu dijaga dan ditumbuhkan.
Salah satu langkahnya adalah dengan memastikan budidaya pertanian tetap memiliki nilai tambah yang tinggi, sehingga petani tidak beralih profesi dan lahannya tidak dijual.
Terlebih dengan adanya MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia), sebuah mega rencana pemerintah yang akan menjadikan Jawa sebagai koridor industri dan perdagangan.
“Menurut data dari Kementerian Pertanian, lahan sawah terancam dikonversi 5 juta hektar dari total luasan yang hanya 8 juta hektar. Kalau sudah begitu, maka satu-satunya jalan untuk menghambat laju konversi tersebut adalah bagaimana membuat sektor pertanian memiliki nilai tambah yang tinggi, tidak kalah dengan sektor yang lain”, tegas Dodik.
Semakin berkurangnya tenaga penyuluh seolah menjadi penambah gelapnya masa depan pertanian Indonesia. Padahal ia adalah ujung tombak pertanian di lapangan. Sebagai gambaran, Dodik mengatakan bahwa di Kabupaten Bogor saja saat ini satu penyuluh untuk 19-20 desa. Padahal idealnya adalah satu penyuluh untuk satu desa. Belum lagi adanya 9.000 hektar lahan non-produktif di Kabupaten Bogor. Dalam hal ini Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor harus memiliki komitmen yang kuat dalam memajukan sektor pertanian, terlebih jika visinya adalah Revitalisasi Pertanian.
ilustrasi
Kalau pertanian sudah sulit, resikonya besar, tidak ada subsidi dan penyuluhan kurang, serta nilai tambahnya rendah, maka cepat atau lambat lahan pertanian akan dikonversi. Apabila sudah begitu, cita-cita untuk mewujudkan kedaulatan pangan tidak akan tercapai. (BCB/Fatma)

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2014 Desa Krocok All Right Reserved